CEO Baru Recursion Menghadapi Tekanan untuk Mewujudkan Pengembangan Obat AI

16

Setelah satu dekade tidak memenuhi janjinya, Recursion Pharmaceuticals bertaruh pada pemimpin baru yang akhirnya menerjemahkan platform penemuan obat berbasis kecerdasan buatan menjadi terapi yang dapat dipasarkan. Najat Khan, CEO perusahaan yang baru, mengambil alih kepemimpinan di tengah meningkatnya kerugian finansial dan keraguan mengenai apakah AI benar-benar dapat merevolusi industri farmasi.

Tantangan: Satu Dekade Potensi yang Belum Terpenuhi

Didirikan pada tahun 2014, Recursion awalnya berjanji untuk mengirimkan 100 obat baru dalam satu dekade menggunakan AI untuk mempercepat proses penemuan obat yang biasanya lambat dan mahal. Kenyataannya sangat berbeda. Meskipun telah melakukan investasi yang signifikan, perusahaan tersebut belum meluncurkan satu pun obat ke pasar. Harga sahamnya telah anjlok 86% sejak IPO tahun 2021, meninggalkannya dengan kapitalisasi pasar sebesar $2,2 miliar. Beberapa bulan terakhir telah terjadi tindakan drastis, termasuk pemotongan saluran pipa dan pengurangan tenaga kerja (total 20% sejak Agustus 2024), serta kerugian yang membengkak sebesar $716 juta karena menyusutnya pendapatan (turun sepertiga menjadi $44 juta).

Mandat Khan: Mengubah Janji menjadi Keuntungan

Najat Khan, yang secara resmi akan menjabat sebagai CEO pada tanggal 1 Januari, memiliki rekam jejak dalam membangun tim AI di Johnson & Johnson. Tugasnya jelas: membuktikan bahwa pendekatan berbasis AI dari Rekursi dapat mengatasi tingkat kegagalan industri yang sangat tinggi (saat ini 90%) dan memberikan obat lebih cepat dan lebih murah dibandingkan metode konvensional.

“Banyak orang ketika saya mengikuti Rekursi berkata, ‘Mengubah aturan tentang cara pembuatan obat sangatlah sulit.’ Saya seperti, ‘Baiklah, tantangan diterima,’” kata Khan kepada Forbes dalam wawancara pertamanya sebagai calon CEO.

Hambatan Penemuan Obat AI

Industri farmasi menghadapi biaya penelitian dan pengembangan yang sangat besar ($3,5 miliar per obat, rata-rata membutuhkan waktu 10 tahun untuk dipasarkan). AI menawarkan solusi teoretis: mempercepat penemuan, mengurangi tingkat kegagalan, dan pada akhirnya menurunkan biaya. Namun, menerjemahkan teori ini menjadi hasil nyata terbukti sulit dilakukan.

Jalur Rekursi: Kemajuan yang Ramah Lingkungan?

Khan menunjuk pada jalur internal Recursion, termasuk terapi potensial untuk kanker dan penyakit langka, sebagai bukti kemajuan. Salah satu kandidat yang menjanjikan menargetkan kelainan genetik keturunan yang menyebabkan kanker usus besar. Data klinis awal diperkirakan akan diperoleh dalam beberapa minggu.

Perusahaan ini juga menyoroti pembayaran penting baru-baru ini dari raksasa farmasi, termasuk kesepakatan senilai $30 juta dengan Roche dan Genentech untuk memetakan sel kekebalan khusus. Hal ini menunjukkan validasi industri terhadap platform Rekursi.

Tantangan Data: Menguraikan Kode Biologi

Kendala utama dalam penemuan obat AI adalah sifat data biologis yang terfragmentasi dan tidak lengkap. Rekursi berupaya membuat peta gen, protein, dan data pasien yang komprehensif, dengan alasan bahwa hal ini penting agar AI dapat berfungsi secara efektif.

“Anda tidak dapat membuat narkoba sampai Anda memiliki peta dan data ini,” tegas Khan. “Anda harus mulai dari awal.”

Skeptisisme Tetap Ada

Meskipun ada upaya-upaya ini, skeptisisme masih tetap ada. Analis Jefferies, Dennis Ding menilai Rekursi sebagai “Tahan”, mengakui potensi platform namun memperingatkan bahwa validasi akan memakan waktu dan pembacaan klinis mungkin sulit untuk ditafsirkan.

Intinya

Najat Khan menghadapi perjuangan berat untuk membuktikan bahwa pendekatan berbasis AI dari Rekursi dapat memenuhi janjinya. Beberapa tahun ke depan akan menjadi masa yang sangat penting dalam menentukan apakah visi ambisius ini dapat diwujudkan menjadi hasil yang nyata atau apakah perusahaan akan tetap menjadi peringatan dalam upaya penemuan obat yang didukung AI.