Diet Dukan: Tinjauan Kritis

17

Diet Dukan adalah program penurunan berat badan tinggi protein dan rendah karbohidrat yang terkenal karena fase pembatasannya dan melaporkan hasil yang cepat. Meskipun hal ini menjanjikan penurunan berat badan yang dramatis, pengamatan lebih dekat terhadap ilmu pengetahuan dan hasil di dunia nyata mengungkapkan kekhawatiran yang signifikan mengenai keberlanjutan, kecukupan nutrisi, dan potensi risiko kesehatan.

Cara Kerja Diet Dukan

Diet berkembang melalui empat fase berbeda:

  1. Fase Serangan: Protein murni dikonsumsi hingga 7 hari, sangat membatasi karbohidrat dan lemak. Fase ini dimaksudkan untuk memulai penurunan berat badan dengan cepat tetapi nutrisinya tidak seimbang.
  2. Fase Pelayaran: Asupan protein tetap tinggi, namun sayuran non-tepung ditambahkan dalam jumlah terbatas. Fase ini meneruskan penekanan pada protein, dengan beberapa nutrisi tambahan.
  3. Fase Konsolidasi: Fase ini memperkenalkan buah-buahan dalam porsi kecil, roti gandum, keju, dan makanan bertepung. Tujuannya adalah memperkenalkan kembali makanan secara bertahap sambil mempertahankan penurunan berat badan. Perkembangan diet melalui fase ini adalah sebagai berikut:

  4. Paruh pertama: 1 porsi buah setiap hari (tidak termasuk pisang, buah ara, ceri, dan anggur), 2 potong roti gandum setiap hari, dan 1,5 ons keju kulit keras.

  5. Paruh kedua: 2 porsi buah setiap hari (tidak termasuk pisang, buah ara, ceri, dan anggur), 2 potong roti gandum setiap hari, 2 porsi (cangkir matang) makanan bertepung setiap minggu, dan 2 kali makan perayaan setiap minggu.

  6. Fase Stabilisasi: Hal ini dimaksudkan untuk diikuti seumur hidup, tanpa batasan makanan namun dengan persyaratan tiga aturan: 3 sendok makan dedak gandum setiap hari, satu hari “Protein Murni” per minggu, dan memprioritaskan aktivitas fisik.

Apakah Diet Dukan Benar-benar Berhasil?

Diet apa pun yang menyebabkan defisit kalori secara signifikan akan mengakibatkan penurunan berat badan, dan Diet Dukan melakukannya dengan membatasi seluruh kelompok makanan. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang mengikuti diet dapat menurunkan berat badan dengan cepat, dengan sebuah penelitian pada tahun 2015 melaporkan penurunan rata-rata 33 pon pada wanita selama 8-10 minggu. Namun, penurunan kalori yang cepat ini sebagian besar disebabkan oleh pembatasan kalori yang ekstrem—studi yang sama menemukan bahwa para pelaku diet hanya mengonsumsi sedikitnya 888 kalori per hari pada fase awal.

Pembatasan tingkat ini tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Sejarah menunjukkan bahwa pola makan yang mengandalkan pembatasan berat jarang diikuti tanpa batas waktu, dan kenaikan berat badan adalah hal biasa. Pola makan ini juga dapat menyebabkan perbaikan jangka pendek pada kadar gula darah dan lipid, namun efek ini lebih terkait dengan pembatasan kalori, bukan pola makan itu sendiri.

Masalah dan Risiko Keamanan

Diet Dukan menimbulkan beberapa risiko kesehatan karena sifatnya yang ekstrem. Sebuah studi kasus pada tahun 2014 melaporkan seorang wanita dirawat di rumah sakit karena ketoasidosis—kondisi berbahaya yang disebabkan oleh kekurangan glukosa—saat sedang menjalani diet. Meskipun jarang terjadi, hal ini menggambarkan potensi komplikasi yang parah.

Efek samping yang lebih umum termasuk pusing, mudah tersinggung, sakit kepala, kelelahan, lapar, gula darah rendah, dan sembelit. Studi tahun 2015 juga menemukan bahwa pelaku diet kekurangan nutrisi penting seperti vitamin C, potasium, kalsium, dan folat, serta mengonsumsi protein, fosfor, dan natrium secara berlebihan.

Diet Dukan tidak dianjurkan untuk anak-anak, wanita hamil atau menyusui, atau individu dengan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya. Sifatnya yang membatasi membuatnya tidak cocok bagi mereka yang membutuhkan pendekatan nutrisi yang seimbang dan berkelanjutan.

Intinya

Diet Dukan adalah solusi jangka pendek yang memprioritaskan penurunan berat badan secara cepat dibandingkan kesehatan dan keberlanjutan jangka panjang. Meskipun dapat memberikan hasil yang cepat, pembatasan ekstrem, ketidakseimbangan nutrisi, dan potensi efek samping menjadikannya strategi yang berisiko dan tidak efektif untuk pengelolaan berat badan jangka panjang. Pendekatan berbasis bukti yang berfokus pada gizi seimbang dan perubahan gaya hidup berkelanjutan jauh lebih dapat diandalkan dan aman.